Vaksin, Kapan Jadi?
Covid-19 adalah penyakit baru yang masih belum sepenuhnya dipahami, kecuali sedikit tentang sifat dan cara penyebarannya. Virus corona menyebar sangat cepat, dan mayoritas penduduk dunia masih rentan terinfeksi. Vaksin dibuat dengan prinsip melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus sehingga penerima vaksin tidak jatuh sakit. Dengan adanya vaksin, karantina dapat dicabut dan pembatasan jarak sosial dapat dilonggarkan. Pembuatan vaksin Covid-19 membutuhkan waktu setidaknya 18 bulan. Sebelum digunakan, vaksin harus diuji coba dan membutuhkan dana besar untuk pengembangannya.
Terdapat beberapa metode pengembangan vaksin, namun pada dasarnya vaksin dibuat dari sistem kekebalan tubuh yang dirangsang untuk memerangi patogen invasif. Patogen asli digantikan dengan alternatif yang memiliki sifat mirip tanpa menimbulkan penyakit, sehingga tubuh dapat membuat antibodi untuk melawan patogen yang asli. Metode pembuatan vaksin yang paling umum adalah dengan melemahkan rantai patogen asli dan disuntikkan dalam dosis kecil. Patogen yang sudah dilemahkan dibudidayakan dalam sel hewan selain manusia seperti telur, tikus, atau primata. Hasil budidaya patogen kemudian diekstraksi dan diuji coba hingga siap digunakan umum.
Vaksin membutuhkan bertahap-tahap pengujian selama bertahun-tahun sebelum dapat digunakan secara luas. Sebagian besar vaksin yang kita andalkan saat ini membutuhkan waktu antara lima dan 15 tahun untuk disempurnakan. Vaksin harus diuji secara ketat sebelum dapat dipastikan dapat bekerja efektif merangsang sistem imun tanpa menimbulkan efek samping berbahaya. Tahap-tahap pengujian harus dilalui calon vaksin sebelum dinyatakan aman digunakan. Jika hasil pengamatan selama uji coba menunjukkan adanya gejala mengkhawatirkan setelah menggunakan vaksin, penelitian dapat ditunda atau bahkan dibatalkan.
Berikut dijabarkan tahap-tahap pengembangan vaksin:
Preclinical testing (tahap 0), vaksin diuji dengan diberikan pada inang hewan seperti tikus atau monyet untuk mengamati respon imun tubuh inang.
Uji keamanan (tahap 1), vaksin diberikan pada sebagian kecil orang untuk menguji keamanan, dosis, dan respon imun.
Uji lanjutan (tahap 2), vaksin diberikan pada ratusan orang dengan beragam kondisi dan dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti anak-anak dan orang tua, untuk mengamati perbedaan respon imun pada tiap kelompok. Uji coba ini menguji keamanan vaksin lebih lanjut dan kemampuan vaksin merangsang sistem imun pada kelompok berbeda.
Uji kemanjuran (tahap 3), vaksin diberikan pada ribuan orang untuk mengamati tingkat infeksi penerima vaksin dibandingkan dengan relawan yang menerima placebo (sugesti tanpa pengobatan sebenarnya). Cakupan uji vaksin di tahap ini sangat besar, cukup untuk menemukan efek samping yang mungkin terlewatkan di tahap sebelumnya.
Regulasi di tiap negara berbeda dalam menentukan apakah vaksin sudah siap digunakan atau belum. Pada kondisi pandemi, vaksin dapat digunakan sebelum hasil dari tahap tiga selesai seperti kebijakan di Cina dan Rusia. Namun meskipun sudah melewati uji coba, penerima vaksin akan terus dipantau untuk memastikan keamanan vaksin.
Setiap tahap uji coba dapat berlangsung selama enam sampai delapan bulan tanpa kendala. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa vaksin akan tersedia secara luas paling cepat pada pertengahan 2021, sekitar 12-18 bulan setelah penemuan pertama virus corona. Perkiraan ini dibuat dengan mengesampingkan situasi dimana pengembangan vaksin mengalami kendala seperti munculnya efek samping berbahaya sehingga penelitian harus ditunda, atau faktor lain yang sangat besar kemungkinannya. Perlu dicatat bahwa terdapat empat varian virus corona yang menyebar pada manusia. Hingga kini belum ada vaksin bahkan untuk satu varian pun. Usai kendala dalam penelitian, metode produksi vaksin dalam jumlah massal dan isu logistik untuk distribusi vaksin ke seluruh dunia juga harus diperhitungkan.
Untuk menghentikan penyebaran infeksi, dibutuhkan sekitar 60-70% dari populasi dunia untuk membuat kondisi herd immunity. Dengan kata lain, dibutuhkan milyaran orang penerima vaksin untuk memungkinkan kondisi tersebut, jika vaksin bekerja dengan baik. Kemungkinan besar vaksin tidak akan bekerja efektif pada lansia karena sistem kekebalan yang melemah seiring dengan penuaan. Untuk mengatasinya, penggunaan vaksin harus dilakukan berkali-kali atau bersamaan dengan bahan kimia (disebut adjuvan) yang memberi dorongan pada sistem imun.
Pada tahap pengembangan vaksin, jumlah vaksin masih terbatas sehingga penerima vaksin perlu dikelompokkan sesuai prioritas. Petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien Covid-19 harus berada di urutan paling pertama. Orang lansia paling rentan terkena dampak parah dari infeksi Covid-19, sehingga akan diprioritaskan jika vaksin tersebut efektif pada kelompok usia ini. Orang-orang yang dianggap berisiko tinggi lainnya juga akan diprioritaskan.
Sumber:
Coronavirus vaccine: how soon will we have one?