Depok, Jawa Barat, Indonesia product.support@polymedikal.com (021)-87911526 / (021)-87917166 0812-8243-6929
  • June 03, 2020

Ventilator dalam Pandemi Covid-19

Ventilator telah digunakan pada sebagian pasien Covid-19 yang terbilang parah meski mayoritas pasien hanya mengalami gejala ringan. Virus corona menginfeksi tubuh dengan masuk ke saluran udara hingga bisa menyebabkan Anda sulit bernapas. Diperkirakan 1 dari 4 pasien Covid-19 memerlukan ventilator untuk membantu pernapasannya. Ventilator adalah alat bantu bernafas untuk pasien yang tidak bisa bernafas secara mandiri. Alat bantu ini biasanya hanya digunakan untuk pasien dengan kondisi gangguan berat. Instalasi dan pemasangan ventilator hanya boleh dilakukan oleh dokter yang berkompetensi menangani pasien kritis karena pengaturannya cukup rumit dan memiliki resiko besar bagi pasien. Pasien yang dipasangkan ventilator membutuhkan perawatan intensif untuk menghindari resiko luka, infeksi, dan cedera saluran pernafasan, hingga keracunan oksigen. Durasi pemakaian ventilator tidak dapat diperkirakan karena tergantung perkembangan kondisi pasien dan penilaian klinis oleh dokter. Hingga pasien dapat bernafas secara mandiri, ventilator akan terus memompa udara dan menyalurkan oksigen menuju paru-paru pasien. 

Meski industri dalam negeri sudah mampu membuat ventilator sendiri, namun masih dibutuhkan banyak waktu untuk memproduksinya secara massal. Sementara, kebutuhan akan alat tersebut semakin mendesak mengingat pasien corona terus berjatuhan sehingga harus bergerak cepat. Saat ini, ketersediaan ventilator yang memadai di Indonesia memang sangat dibutuhkan. Dengan tersedianya alat ini, maka banyak nyawa pasien Covid-19 yang bisa terselamatkan hingga menekan angka kematian yang begitu besar. Di sisi lain, Presiden Jokowi juga meminta seluruh elemen masyarakat untuk bergotong-royong saling membantu.

Berbagai pihak telah mencoba memproduksi ventilator guna menghadapi Covid-19. Dilansir dari laman resmi ITB, baru-baru ini tim dosen ITB mengembangkan Airgency: Emergency Automatic Bag Ventilator yang merupakan sebuah ventilator portabel untuk menangani pasien Covid-19 dengan menggunakan teknologi ambu-bag atau kantong udara. Ini menjadi inovasi dalam penanganan pasien Covid-19 khususnya yang berada di tahap tiga atau tahap paling kritis di mana pasien mengalami disfungsi paru-paru sehingga tak dapat bernapas dan membutuhkan alat pernapasan ini. Sebelumnya, ventilator dengan teknologi ambu-bag telah digunakan di RSHS namun tenaga medis harus menekannya terus-menerus sehingga bisa membuat kelelahan dan berisiko terpapar Covid-19. Oleh sebab itu, alat Airgency yang dikembangkan oleh tim dosen ITB ini berfokus pada teknologi ventilator dengan ambu-bag otomatis. Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengungkapkan bahwa dua perusahaan BUMN, yaitu PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sudah bisa memproduksi ventilator. Jika selama impor, harga ventilator sangat fantastis mencapai 500-700 juta rupiah per unit maka dapat turun menjadi 10-15 juta rupiah per unit untuk produksi PT Pindad bagi tipe pasien akut, dan PT Dirgantara Indonesia bagi pasien moderat. Diharapkan kedua BUMN tersebut dengan bantuan dari berbagai pihak bisa memproduksi ratusan ventilator dalam hitungan minggu atau bulan sehingga rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 tak akan kekurangan alat bantu pernapasan. Ini menjadi suatu titik terang bagi Indonesia untuk menghadapi dan melawan Covid-19.

Ventilator umumnya digunakan untuk membantu proses pernapasan pada pasien yang tidak dapat bernapas sendiri. Beberapa kondisi atau penyakit yang membuat pasien membutuhkan mesin ventilator adalah:

- Gangguan paru-paru berat, seperti gagal napas, ARDS (acute respiratory distress syndrome), asma berat, pneumonia, PPOK (penyakit paru obstruktif kronis), dan pembengkakan paru (edema paru).

- Gangguan sistem saraf yang menyebabkan kelemahan otot pernapasan, koma, atau stroke.

- Gangguan pada jantung, seperti gagal jantung, serangan jantung, atau henti jantung.

- Keracunan karbon dioksida.

- Gangguan keseimbangan asam basa, yaitu asidosis dan alkalosis.

- Cedera berat, misalnya luka bakar luas dan cedera kepala berat.

- Syok.

- Pasien dalam pengaruh pembiusan total, sehingga kehilangan kemampuan bernapas, misalnya pada pasien yang menjalani operasi.

Sebagai catatan, mesin ventilator tidak digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi tersebut, namun hanya sebagai alat untuk membantu pasien bernapas. Pada kasus-kasus berat tersebut, dibutuhkan pengobatan dan perawatan lain di samping ventilator untuk menyembuhkan atau memperbaiki kondisi pasien.

Sebelum memasang ventilator pada pasien, dokter akan melakukan intubasi untuk memasukkan selang khusus melalui mulut, hidung, atau lubang yang dibuat di bagian depan leher pasien (trakeostomi). Setelah intubasi selesai, ventilator kemudian akan dihubungkan pada selang tersebut. Penggunaan mesin ventilator ini cukup rumit, sehingga pemasangan dan pengaturannya hanya boleh dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi untuk merawat pasien kritis. Alat ini sering digunakan di ruang perawatan intensif (ICU), karena kondisi yang membutuhkan ventilator biasanya merupakan kasus yang berat. Selama terhubung dengan ventilator, pasien yang masih sadar tidak dapat bicara atau makan melalui mulut, karena ada selang yang masuk ke dalam tenggorokan. Walaupun demikian, pasien masih dapat berkomunikasi dengan tulisan atau isyarat. Umumnya, pasien akan merasa tidak nyaman ketika ada selang yang masuk melalui mulut atau hidungnya. Pasien juga terkadang akan melawan udara yang dihembuskan ventilator, dan membuat fungsi ventilator kurang efektif. Bila seperti ini, dokter akan memberikan obat penenang atau obat antinyeri agar pasien merasa lebih nyaman ketika terhubung dengan ventilator.

Selama penggunaan alat ventilator, dapat terjadi beberapa efek samping, yaitu:

- Luka pada mulut dan tenggorokan akibat tindakan intubasi.

- Infeksi paru-paru, biasanya akibat masuknya kuman melalui selang pernapasan yang terpasang pada tenggorokan.

- Cedera paru-paru dan kebocoran udara ke rongga di luar paru-paru (pneumothorax).

- Kehilangan kemampuan untuk batuk dan menelan, sehingga dahak atau lendir pada saluran napas bisa menumpuk dan mengganggu masuknya udara. Dokter atau perawat akan melakukan penyedotan secara berkala untuk mengeluarkan dahak atau lendir ini.

- Keracunan oksigen.

Selain itu, pasien yang terhubung dengan ventilator dan harus berbaring dalam waktu yang lama berisiko mengalami luka dekubitus dan gangguan aliran darah akibat tromboembolisme. Meski penggunaan ventilator memiliki peranan penting dalam perawatan pasien, resikonya pun tidak sedikit. Penggunaan alat ventilator juga umumnya membutuhkan biaya yang besar. Semakin lama pasien dirawat menggunakan ventilator, semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, pasien dan keluarganya perlu memahami keuntungan dan risiko dari penggunaan mesin ini. Jika masih merasa ragu untuk memasang ventilator, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter yang merawat agar mendapatkan penjelasan lebih rinci.

Lamanya waktu pasien harus terhubung dengan ventilator tidak dapat diperkirakan. Berapa lama pasien perlu menggunakan ventilator dan kapan pasien boleh terlepas dari alat ini akan ditentukan berdasarkan perkembangan kondisi pasien dan penilaian klinis oleh dokter. Beberapa pasien mungkin hanya terhubung dengan ventilator selama beberapa hari, namun ada juga pasien yang membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Setiap hari dokter akan mengevaluasi kondisi pasien, apakah sudah ada perbaikan dan sanggup bernapas sendiri dengan baik tanpa bantuan ventilator. Selama perawatan, pasien yang terpasang ventilator akan mendapatkan pemantauan ketat dan pemeriksaan secara berkala. Setelah menunjukkan perbaikan, baik dari hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, seperti tes darah, urine, atau foto Rontgen, maka alat ventilator mungkin bisa dilepas. Penggunaan alat ventilator sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup pasien yang tidak dapat bernapas sendiri. Jika keluarga Anda harus dirawat di ICU dan memerlukan ventilator, sebaiknya diskusikan dengan dokter yang merawat untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai manfaat dan risiko penggunaan mesin bantu napas ini.

Sumber:

Ventilator Adalah Alat Bantu Pernapasan yang Dibutuhkan Pasien Corona, Begini Fungsinya

Mengenal Ventilator, Manfaat, dan Kekurangannya