Pengobatan COVID-19 dengan Terapi Hiperbarik
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah gejala yang ditimbulkan oleh virus baru bernama 2019-nCoV yang umumnya mempengaruhi fungsi kerja paru-paru. Pada kasus COVID-19 yang lebih serius, timbulnya sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) adalah salah satu ciri utama dari kasus COVID-19 yang kritis. Gejala ARDS dapat langsung mengancam jiwa karena menyebabkan kadar oksigen dalam darah turun sehingga berpotensi terjadi gagal fungsi organ. Tidak ada pengobatan efektif tersedia yang diakui secara umum untuk menangani COVID-19, melainkan hanya perawatan atas gejala yang timbul. Perkembangan obat-obatan dan vaksin saat ini masih di tahap awal dan mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun hingga siap digunakan. Pemasangan alat bantu pernafasan dan ventilator umumnya digunakan sebagai penanganan gejala COVID-19. Saat ini beberapa metode alternatif tengah dikembangkan, salah satunya adalah hyperbaric oxygen therapy (HBOT).
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) dirancang untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Pasien duduk atau berbaring di kamar tertutup, kemudian tekanan dalam ruang dinaikkan dan pasien menghirup oksigen dengan kadar 100%. Dalam tekanan tersebut kebutuhan akan oksigen pada sel-sel dalam tubuh terpenuhi secara maksimal. Karenanya HBOT dapat menjadi cara baru untuk memperbaiki kondisi pernapasan yang terkait dengan COVID-19. Secara teori, terapi tersebut memiliki potensi untuk menjaga suplai oksigen dalam darah yang memadai meskipun paru-paru tidak berfungsi optimal.
Penelitian HBOT untuk menangani penyakit COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina. Ada lima pasien yang menerima HBOT dengan penyakit pernapasan berat: dua di antaranya dalam kondisi kritis dan tiga dalam kondisi parah. Kelima pasien dalam terapi tersebut sangat membutuhkan ventilasi mekanik karena kadar oksigen dalam darah yang rendah dan laju pernapasan yang terlampau cepat. Setelah terapi berkala, kedua gejala tersebut diamati membaik dan tidak ada komplikasi terkait HBOT. Kurang dari seminggu kemudian, tiga dari pasien tersebut sudah diperbolehkan pulang dan dua lainnya masih dirawat dalam kondisi stabil. Penelitian ini menunjukkan peningkatan kondisi secara dramatis dengan HBOT. Dengan HBOT, pasien dalam penelitian tidak lagi membutuhkan ventilasi mekanik. Meski begitu masih dibutuhkan studi dengan sampel yang yang lebih besar untuk menentukan HBOT sebagai metode pengobatan penyakit baru ini.
Keuntungan HBOT sebagai pengobatan COVID-19 adalah menghirup oksigen pada tekanan tinggi lebih efektif daripada tekanan normal saat jaringan paru-paru mengalami peradangan. Tekanan tinggi saat HBOT meningkatkan laju difusi oksigen sehingga lebih banyak jumlah oksigen yang larut dalam darah. Karena jumlah oksigen dalam darah terlampau banyak untuk diikat sel darah merah, difusi oksigen pada sel-sel jaringan juga meningkat. Selain itu, HBOT tidak mengganggu atau bertabrakan dengan efek pengobatan pasien yang tengah dijalani, melainkan mendukung optimalisasinya.
Terlepas dari berbagai keuntungan menggunakan HBOT sebagai pengobatan gejala COVID-19, HBOT tidak bisa menggantikan peran vaksin dan obat-obatan sepenuhnya. Semua perawatan klinis yang diberikan saat ini pada dasarnya adalah pengobatan gejala dan perawatan suportif. HBOT tidak mengobati penyakit COVID-19 dari akarnya, melainkan hanya mengurangi gejala yang muncul.
Sumber:
Demonstration report on inclusion of hyperbaric oxygen therapy in treatment of COVID-19 severe cases